Minggu, 15 September 2019

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan Hujan Buatan

Sejak memasuki musim kemarau ini, mulai makin banyak terjadi kebakaran hutan di beberapa propinsi di pulau Sumatera dan Kalimantan. Beberapa waktu terakhir juga dikabarkan bahwa Malaysia dan Singapura makin sering protes terhadap asap kebakaran yang terjadi di negara kita. Bisa dipahami mengingat asap menyebabkan udara tercemar dan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Bahkan psikologis manusiapun terganggu karena peristiwa ini. Masyarakat menjadi lebih mudah marah atau kalau sudah mencapai puncaknya meluapkan kemarahanpun dengan cara diam atau cara-cara destruktif lainnya. Ini karena manusia bisa hidup dengan nyaman dan bekerja secara produktif pada temperatur dan kelembapan relatif tertentu. Lihat kembali tentang indeks ketidaknyamanan (discomfort index) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
https://www.researchgate.net/figure/11-Thoms-discomfort-index-table_fig5_307522631
Garis mendatar menyatakan kelembapan relatif dan garis vertikal menyatakan temperatur. Nilai pertemuan antara garis vertikal dan garis mendatar menunjukkan indeks ketidaknyamanannya. Misal bila nilainya kurang dari 21 menyatakan kenyamanan, nilai 21 sampai dengan 24 menyatakan kurang dari separuh penduduk merasakan ketidaknyamanan, 25-27 menyatakan lebih dari separuh populasi merasakan ketidaknyaman, dan seterusnya.
Oksigen yang banyak dihasilkan hutan akan menjadikan udara menjadi segar. Daun-daun merupakan salah satu tempat pelepasan terbesar oksigen ke atmosfer melalui stomatanya. Kejadian terbesar terdapat pada siang hari pada saat proses fotosintesis terjadi. Jadi sebenarnya negara ASEAN juga beruntung dengan masih luasnya hutan di negara kita dan sebagian dari negara ASEAN juga seharusnya turut bertanggungjawab terhadap rusaknya hutan di negara kita mengingat ada sebagian warganya yang memanfaatkan warga negara kita untuk membabat hutan. 
Ribuan titik api yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan ini bila tidak segera dipadamkan akan makin membuat suasana menjadi makin tidak nyaman. Banyak usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mengatasi kebakaran hutan tersebut. Mulai secara manual yakni dengan menggunakan dahan-dahan berdaun yang dipukulkan ke kobaran api, menyemprot air secara manual, dan menggunakan mobil pemadam kebakaran. Cara lain adalah dengan water bombing dan hujan buatan. Mengapa sekarang belum berhasil bila dilakukan hujan buatan? Tidak lain karena persyaratan hujan buatan tidak terpenuhi dengan baik. Mekanisme pembentukan tetes-tetes hujan tidak terjadi dengan baik. Silakan baca buku "Cuaca, Musim dan Iklim Tropis" serta "Anomali Cuaca dan Iklim Indonesia" terbitan Penerbit ITB telepon (022)2504257 fax. 022 2534155 dengan url: www.penerbit.itb.ac.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pers dan Generasi Muda

 Beberapa waktu terakhir perkembangan teknologi informasi begitu meningkat pesat. Perubahan informasi terjadi dalam hitungan detik dan itu b...