Mengapa masyarakat sekitar hutan belum sejahtera??
Ada beberapa sebab. Yang pertama karena kurangnya
pengetahuan mengenai pengelolaan lahan yang baik. Akibatnya tidak ada kemajuan
yang ditampakkan oleh masyarakat untuk memajukan fungsi ekonomi dan meningkatkan
ekonomi masyarakat setempat. Yang kedua, adanya pembukaan lahan yang tidak
bertanggungjawab. Akibatnya masyarakat sekitar hutan akan kehilangan lahan
untuk bercocok tanam dan juga sebagai nilai ekonomi rakyat sekitar hutan.
(Fairuz Nur Indah P ; Hasna Afifah; Sekar Arum A.; Gabriel
Batistuta H.; Arfathia Maulani M; Rifki Ghufron, Wilhelmus Medhavi; Windita
Sakenia)
Penduduk sekitar hutan kekurangan fasilitas seperti listrik,
internet, dan lainnya serta pendidikan yang tergolong masih rendah, sumber
informasi sulit didapatkan, fasilitas kesehatan dinilai kurang dan terlalu
bergantung pada alam yang sifatnya dinamis. Tingkat kesejahteraan itu
sebenarnya tentatif atau subyektif karena setiap orang memiliki definisi
sejahtera sendiri-sendiri.
(Fahriza Dwi I, Irham Muhammad Dhaffien, Azzahra RKP,
Muhammad Fajar N, Nyayu Anisza, Muhammad David Hambali, Choirruriwayacanti)
Karena masyarakat sekitar desa hutan, walaupun tinggal di
area hutan belum tentu memiliki kemampuan untuk mengelola hutan dan sumber daya
alamnya. Solusinya adalah dilakukannya sosialisasi mengenai pentingnya
pengelolaan hutan dan dilakukan training yang intensif tentang cara mengelola
hutan. Selain hal tersebut dapat disebabkan oleh pengelolaan hutan oleh
pemerintah yang tidak menerapkan prinsip bagi hasil dengan masyarakat.
Solusinya adalah pemerintah seharusnya membentuk PHBM (pengelolaan hutan
bersama masyarakat). Penyebab lainnya dapat disebabkan bila hutan yang menjadi fokus
utama merupakan hutan milik perusahaan dan perusahaan tersebut hanya
mementingkan kelola ekonomi/produksi saja tanpa memecahkan kelola sosialnya.
Solusinya adalah meningkatkan aplikasi dan optimalisasi undang-undang tentang
hutan produksi dan pengelolaannya. Yang ketiga adalah faktor hutannya sendiri.
Maksudnya adalah suatu hutan memang memiliki vegetasi dan fauna yang beragam
tetapi potensi keberagaman itu untuk dimanfaatkan tidak dapat dipastikan,
misalnya pohon atau tumbuhan di hutan tersebut kebanyakan beracun sehinggga
tidak dapat dimanfaatkan sama sekali. Hal itu dapat menyebabkan tidak
terpenuhinya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan tersebut. Solusinya
adalah ada baiknya jika pemerintah dan masyarakat sekitar hutan bekerjasama
membentuk area tumpang sari/agroforestri sehingga hutan masih eksis dan masyarakat
dapat memperoleh manfaat dari hutan tersebut melalui hasil panen tanaman tumpang
sari/agroforestry.
(Zabrina Gilda, Zefanya Zeske RFN, Sarah Anaba, Fahmi Idris
F, Aslama Nuraulia, Alfiazka AA, Dicko Luhut FN, Wita S Sihaloho)
Berdasarkan SKH (survei kehutanan) 2014, diperoleh hasil
bahwa masyarakat sekitar kawasan hutan masih memiliki kualitas sumber daya
manusia yang rendah, bertumpu pada sektor pertanian dan bergantung pada sumber
daya hutan. Beberapa daerah sudah terjangkau oleh pemerintah. Pemerintah
mencanangkan program perhutanan sosial namun program ini belum maksimal
ditambah masyarakat belum memiliki keinginan yang besar dalam mengelola hutan.
Tidak berjalannya program ini menghambat perkembangan ekonomi masyarakat.
Faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah 1. Sumber daya
manusia di sekitar hutan belum mampu mengelola sumber daya hutan karena tingkat
pendidikan yang rendah. 2. Sarana prasarana belum memadai. 3. Bantuan dari
pemerintah yang tidak tersalurkan dengan merata. 4. Pola pikir manusia yang
modern sentris; 5. Masyarakat yang takut mencoba hal baru.
(Alita Gevanya, Bahrul, Putri Meila, Tsabita, Sari Mahira,
Risky Annisa, Wilterza N, Raja, Wais Alghani)
Karena masyarakat sekitar hutan kebanyakan hanya menjadi
buruh, bukan yang menjadi inisiator pengelolaan hutan yang biasanya orang-orang
dari luar kawasan tersebut karena kurangnya pengetahuan masyarakat desa sekitar
hutan mengenai tata cara kelola hutan. Banyak masyarakat sekitar hutan yang
bergantung kepada sumber daya hutan sehingga mempengaruhi keadaan ekonomi
masyarakat tersebut. Sebagian besar
masyarakat sekitar hutan merupakan petani pesanggem, tentu hasil yang
didapatkan tidak menentu sehingga mengakibatkan lemahnya perkembangan ekonomi
masyarakat desa di sekitar hutan. Kehidupan masyarakat menjadi lebih susah sehubungan
dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak pengelola hutan yang
harus dipatuhi oleh masyarakat sekitar hutan untuk membantu menjaga kelestarian
hutan serta adanya sangsi akibat pelanggaran yang dilakukan sehingga membuat
gerak masyarakat sekitar hutan menjadi terbatas untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Berada dalam lingkungan yang dikelilingi hutan
membentuk keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh informasi baru
sehingga mereka cenderung tertinggal/terbelakang. Adanya perasaan akan segala
sesuatu yang dibutuhkan telah tersedia di hutan membentuk pribadi masyarakat
menjadi malas untuk lebih berusaha dalam
setiap kegiatan yang mendukung perekonomiannya.
(Fadel P Rabani, Riezcy Cecilia Dewi, Faza Meidina, Ranji
Saptiadi M, Sheila Pertiwi, Muhamad Rifky, Muahmad Rizky D, Savira Qorry A,
Hillaryana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar